MEMAHAMI STUNTING MENUJU INDONESIA SEHAT


Sering mendengar kata stunting? Yuk! kita pahami apa stunting agar menuju ibu dan anak Indonesia sehat.

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang diakibatkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama dan terjadi mulai dari dalam kandungan yang akan terlihat saat anak masih balita dalam proses tumbuh kembang.

Pada awal tahun 2018 Indonesia menjadi negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di dunia, kurang lebih 9 juta atau 37 persen balita Indonesia mengalami stunting. Di daerah aku sendiri yaitu daerah Sumatera Selatan, anak atau balita terkena stunting sebesar 22,8 persen dari tahun 2017 yang hanya sebesar 19,2 persen. Daerah yang memiliki banyak kasus stunting antara lain, Banyuasin, Empat Lawang dan Musi Rawas Utara. Hal ini cukup memperihatinkan dan menjadi penanganan serius bukan hanya penerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah karena selain berdampak langsung pada keluarga lebih jauh berdampak menyeluruh pada bangsa Indoensia.

Untuk kita harus jeli mengamati gejala stunting, jangan salah mengambil kesimpulan sebelum memahami dan melakukan pemeriksaan. Anak yang mengalami stunting memiliki tubuh lebih pendek untuk seusianya, biasanya orang tua akan salah menduga, mengira anaknya sehat karena dampak tubuh pendek jadi kelihatan lebih montok. Berat badan rendah untuk anak seusianya meskipun orang tua merasa sudah mencukupi asupan gizi anaknya. Proposi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk seusianya. Jangan menganggap remeh stunting, bila sang anak sudah memasuki usia dua tahun kondisi stunting tidak bisa ditangani lagi.

Berbagai macam faktor bisa menyebabkan terjadinya stunting baik faktor dari ibu atau faktor dari anak.

Kurangnya Pengetahuan
Penyebab terjadinya stunting adalah kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang gizi yang baik, seperti makan makanan yang mengandung protein dan kalsium selama masa kehamilan karena awal terjadi stunting pada saat anak dalam kandungan. Bila calon ibu mengalami kekurangan gizi dan anemia, sang anak akan beresiko mengalami kondisi stunting yang bisa terjadi secara turun temurun.

Tidak Mendapatkan ASI Eksklusif
Tidak mendapatkan Asi eksklusif selama 6 bulan pertama bisa juga menyebabkan bayi mengalami stunting. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena mengandung zat untuk kekebalan tubuh dan perlindungan pada sistem pencernaan.

Sanitasi yang buruk
Lingkungan yang tidak sehat, serta makanan dan air yang kurang bersih menjadi salah satu faktor yang penyebab stunting. Lingkungan yang tidak sehat bisa menimbulkan penyakit diare dan infeksi cacing usus secara berulang pada anak. Bila sudah terinfeksi cacingan dapat mengurangi nafsu makan pada anak dan menghambat proses penyerapan nutrisi di dalam tubuh anak.

Selain tiga faktor itu ada faktor lain juga yang bisa jadi penyebabnya yaitu penyakit infeksi, kurangnya ketersedian pangan (kemiskinan), pendidikan rendah dan minimnya kesempatan kerja.

Dampak yang disebabkan oleh stunting bukan hanya berpengaruh pada keluarga saja tetapi juga pada bangsa Indonesia. Stunting dapat menyebabkan kurang berkembangnya otak (IQ) dan mental sehingga mempengaruhi prestasi sekolah di masa kecil dan mengalami kesulitan mendapat pekerjaan ketika dewasa, tentu saja akan mempengaruhi perkembangan sumber daya manusia. Di Indonesia sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas untuk menuju Indonesia maju.

Orang yang mengalami stunting memiliki resiko yang lebih besar terserang penyakit diabetes, hipertensi, obesitas, bahkan kematian dini. Stunting ini cukup berbahaya bila tidak dicegah karena dapat menurun pada generasi berikutnya yang disebut siklus kekurangan gizi antargenerasi. Ketika dewasa wanita memiliki resiko komplikasi lebih besat selama persalinan karena panggul mereka berukuran lebih kecil dan resiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah lebih besar.

Pada tahun 2018 pemerintah menekankan kerja dengan perbaikan sumber daya manusia di Indonesia. Pencegahan stunting jadi program prioritas pemerintah di tahun 2018 dan 2019, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan instansi kesehatan yang ada di daerah terpencil, dan berikut adalah program yang dilakukan di wilayah Sumatera Selatan

Melakukan Penyuluhan
Salah satu program yang dijalankan adalah sering melakukan penyuluhan di tempat Posyandu, puskesmas ataupun instansi kesehatan yang berada di daerah, pentingnya mencegah bahaya stunting kepada calon ibu dan pasangan yang baru saja akan menikah.

Asupan Ibu hamil
Setiap ibu hamil harus diberi asupan yang cukup, jangan sampai kekurangan energi kronik (KEK), seperti diberikan tablet penambah darah dan juga vitamin lewat posyandu, puskesmas dan fasilitas kesehatan lain.

ASI Eksklusif
Setiap bayi yang baru lahir wajib disusui eksklusif oleh sang ibu sampai 6 bulan karena ASI eksklusif sangat bermanfaat meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan diberi asupan tambahan ketika berusia 6 bulan berupa bubur dan susu formula.

Pantau Perkembangan Balita
Setiap bulan perkembangan balita harus terus dipantau di Posyandu mulai dari berat dan tinggi badan. Jika kurang proposional maka akan diberi suplemen untuk meningkatkan nafsu makan.

Pemberian Makanan Tambahan
Pemerintah juga masih melakukan program lama seperti pemberian makanan tambahan (PMT) berupa susu dam biskuit. Meskipun ini cara ini belum akurat untuk mencegah stunting tetapi pemerintah tetap menjalankan program ini dan lebih ditujukaHal ini cukup memperihatinkan dan menjadi penanganan serius bukan hanya penerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah karena selain berdampak langsung pada keluarga lebih jauh berdampak menyeluruh pada bangsa Indoensia kepada masyarakat yang kurang mampu.

Perlindungan Imunisasi pada Anak
Pemberian imunisasi kepada anak ini cukup kontroversi ada yang pro dan banyak juga yang kontra. Namun dari hasil penelitian Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2017, status imunisasi merupakan kelengkapan balita dalam mendapatkan vaksin imunisasi dasar berjumlah 10 vaksin, yaitu satu dosis BCG, 1 Dosis Campak, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio dan 1 dosis hepatitis. Hasil analisa menunjukkan 70 persen balita dengan status gizi baik memiliki status imunisasi lengkap. Dengan alasan ini pemerintah menganjurkan pemberian vaksin untuk menjaga keseimbangan gizi anak.



Bagaimana sudah paham tentang stunting, yuk kita bantu program pemerintah menuju Indonesia sehat.






Comments

Popular posts from this blog

WASPADA MUSIM PANCAROBA MENGINTAI

MENJADI SAHABAT KELUARGA DALAM MENGGUNAKAN GADGET