MENJADI SAHABAT KELUARGA DALAM MENGGUNAKAN GADGET

(Picture from google)

Melihat anak rewel itu rasanya gimana ya, ada perasaan kesal, ada juga perasaan kasihan. Pernah suatu hari aku pergi ke pasar belanja sayur,  jadi ketika di tengah jalan itu ada bocah nangis minta sesuatu ke emaknya, tapi tidak dituruti. Coba bayangkan anak meraung di tengah pasar sampai guling- guling, mana becek dan genangan airnya sudah bercampur lumpur pula, ya sudah nih bocah luluran lumpur deh. Melihat anaknya sudah kayak gitu si emaknya berang, tu bocah tambah nangis. Setelah beberapa orang bertanya ternyata anaknya minta dibelikan gadget karena gadget yang lama sudah rusak alias layarnya pecah karena dibanting. Walah kalau sudah begini gimana ya?

Melihat kejadian itu, jadi bertanya sendiri, sebenarnya anak boleh nggak sih pegang gadget? Aku pernah baca sebuah ulasan di salah satu majalah wanita yang membahas tentang pertanyaanku dan ulasannya cukup menarik. Membuat aku berpikir anak-anak boleh menggunakan gadget.

Seorang anak boleh memegang, melihat dan memainkan gadget asalkan ada batasan, ada aturan dan diawasi oleh orang dewasa terutama orang tua. Jika anak dibebaskan bermain gadget tanpa batasan dan aturan tentu hal itu tidak baik untuk mentalnya seperti pemarah, pemaksa dan rewel , mempengaruhi kesehatan terutama mata dan hubungan sosialnya menjadi penyendiri karena sibuk dengan dirinya bersama gadget.

(Keponakan sudah kecanduan gadget)

Apabila aku seorang ibu mungkin tidak bisa melarang anak untuk tidak menggunakan gadget karena semakin berkembang jaman pemikiran anak akan semakin aktif dan tentunya membutuhkan gadget untuk membantu perkembangan anakku kelak. Hal ini membuat aku berpikir lagi bagaimana caranya mengawasi anak menggunakan gadget?

Hal pertama yang akan aku lakukan adalah mengurangi kecemasan, melakukan pendekatan aktif pada anak tanpa membuatnya takut. Menjadi #sahabatkeluarga degan membagun kepercayaan agar anak lebih terbuka untuk bercerita apa yang dilakukannya bersama gadgetnya.

Yang kedua aku tentunya akan membuat aturan kapan dan dimana anak bisa menggunakan gadget. Menerapkan aturan ini pasti tidak mudah karena anak- anak memiliki watak dan keinginan yang keras. Disinilah peran #sahabatkeluarga untuk tegas dan memberi pengertian bahwa bekumpul dan bersosialisasi bersama dengan teman dan keluarga dalam lingkungan tentu lebih menyenangkan untuk memupuk sikap simpati dan empati terhadap sesama. 

Hal berikutnya adalah memilih gadget yang tepat untuk anak. Aku tentunya tidak ingin jika anakku nanti masih kecil sudah menggunakan kacamata yang tebal atau mengalami gangguan mata. Sinar biru pada gadget mempunyai efek negatif bagi tubuh yaitu bisa mengubah jadwal istirahat, kerusakan pada retina dan kelelahan pada otak.

Selanjutnya aku berusaha menjadi #sahabatkeluarga dengan duduk bersama anak, melihat apa yang ingin ditonton melalui gadget dan membantu mengarahkan agar apa yang dilihat dari gadgetnya bisa menjadi sebuah pembelajaran atau menemukan minat dan hobi anak. Melalui minat atau hobi anakku bisa menentukan passion yang akan menjadi bekalnya kelak seperti; dancer, fotografis, desain grafis, bloger, make up, desainer dan masih banyak lagi.
(Keponakan yang mulai diarahkan pada hobinya)

Seperti pendapat aku diawal pemikiran anak semakin aktif dan jaman semakin canggih tentunya banyak informasi penting dan menarik yang akan menjadi pendidikan anak yang bisa dilihat di youtube, instagram, google. Menjadi #sahabatkeluarga adalah hal yang paling bijaksana dalam mendampingi anak menggunakan teknologi di jaman canggih seperti sekarang agar terlatih sejak dini dan terhindar dari hal-hal negatif yang bisa merusak pemikiran, kreatifitas, dan moral anak.




Sumber referensi:
- Tabloid Nova
Sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id
-Google

Comments

Popular posts from this blog

WASPADA MUSIM PANCAROBA MENGINTAI

MEMAHAMI STUNTING MENUJU INDONESIA SEHAT